Jumat, 12 April 2013

Kupu-Kupu ? Kura-Kura? Kunang-Kunang?



Saat ini banyak beragam kegiatan kampus yang dilaksanakan oleh mahasiswa. Dari beragam kegiatan kampus inilah terbentuk berbagai karakter mahasiswa yang biasanya populer disebut dengan mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang), kura-kura (kuliah rapat-kuliah rapat), sampai dengan mahasiswa kunang-kunang (kuliah nangkring-kuliah nangkring/ kuliah nongkrong)
“Karakter ini sendiri ditentukan oleh mindset tiap mahasiswa, untuk mereka yang lebih memilih menjadi mahasiswa kupu-kupu, biasanya kebanyakan dari mereka beranggapan menjadi study oriented  saja sudah cukup dalam pencapaian kehidupan kedepannya.” Slavia Islaha (psikolog)
“memang banyak perusahaan yang mengutamakan pengalaman berorganisasi, tapi tentu orang-orang yang memiliki IPK(Indeks Prestasi Komulatif) juga menjadi pertimbangan yang sangat menentukan dalam dunia kerja, saya lebih memilih menjadi seseorang yang study oriented karena dulu awalnya saya memang aktif di KM (keluarga mahasiswa) tapi setelah itu IPK saya turun drastis, maka dari itu saya mempertimbangkan untuk fokus pada satu hal saja, yaitu fokus pada IPK.” Tutur salah seorang mahasiswa universitas negeri di Yogyakarta yang enggan namanya disebutkan.
Tetapi disisi lain, seorang mahasiswa Universitas Gadjah Mada yaitu Ilham Satria memiliki pandangan yang berbeda, menurutnya ikut serta dalam suatu organisasi atau kepanitian dalam suatu event itu seharusnya sangat bermanfaat bagi tiap mahasiswa, tapi itu tergantung pada bagaimana seorang mahasiswa menyikapi hasil dari manfaat itu sendiri. Manfaat itu bisa saja menjadi kerugian jika seseorang menganggap itu sebagai beban, tetapi jika seseorang menjadikan hal itu sebagai kesenangan atau bahkan hobi, maka manfaat itu akan benar-benar didapat, entah itu dalam dunia pekerjaan, maupun lingkungan sosial.
Tapi kasus yang saat ini banyak terjadi pada mahasiswa adalah keteteran kuliah akibat terbuai senangnya berorganisasi atau tuntutan kewajiban yang harus dipertanggungjawabkan, oleh karena itu sebelum memilih untuk bergabung dan menduduki suatu jabatan, maka mahasiswa harus mempertimbangkan kapasitasnya masing-masing terhadap tanggung jawab yang akan dipikulnya dan harus pandai me-manage waktu agar aktivitasnya berjalan lancar.
Berbeda lagi dengan kriteria mahasiswa yang satu ini, mereka adalah mahasiswa yang hobi nongkrong untuk melepas kepenatan kuliah. “Nongkrong bareng teman-teman itu bisa ngilangin stress kuliah, aku udah pernah nyobain jadi orang yang kupu-kupu sampai kura-kura, tapi disini aku udh ngerasa nyaman.” Tutur salah seorang mahasiswa universitas di Yogyakarta yang namanya enggan disebut. Tapi jangan berpikkir negatif dulu terhadap mahasiswa kriteria kunag-kunang ini, kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang supel atau mudah bergaul, dari situlah mereka mendapat kenalan baru saat nongkrong-nongkrong, dan jika hoki, bisa jadi kenalan baru mereka itu adalah link untuk dunia kita kedepannya.
“Setiap pertimbangan dalam pemilihan alur kehidupan dalam masa perkuliahan itu memang berbeda-beda, tidak ada yang salah, dan tidak ada pula yang paling benar. Tiap mahasiswa mengetahui kapasitasnya masing-masing dan memiliki haknya masing-masing untuk menentukan jalan mana yang akan mereka jalani.” Tutur Slavia Islaha (psikolog). (mira)

creweight




Creweight cinematograph, begitulah komunitas kecil pecinta perfilman ini disebut. Creweight cinematograph ini berawal dari keinginan Faiz Rahman untuk mengikuti festival video edukasi tingkat nasional pada tahun 2011 yang diselenggarakan oleh Kemendiknas (Kementrian Pendidikan Nasional). Saat itu pula terbentuklah Creweight cinematograph dengan anggota Faiz, Lala, Bagus, Zaki, Ganda yang mulanya masing-masing dari mereka berasal dari komunitas yang berbeda One Chance Production, Fake Production, Kemakhi Production. Mereka tidak menentukan struktur kepengurusan, disini mereka saling membantu pekerjaan satu sama lain, tetapi tetap ada pertanggung jawaban untuk tiap pekerjaan. “Biasanya sih untuk hal yang berhubungan dengan seketaris, diserahkan kepada Lala, editing film oleh Ganda, dan Zaki sebagai kameramen.” tutur Faiz. Pada pengalaman pertama pembuatan film pendek mereka yang berjudul “Sepatu” mereka menemui berbagai kendala, mulai dari keterbatasan media, dana, dan koneksi. “Dulu itu ya, kita cuma punya satu kamera, dana kurang, link juga kurang, pokoknya dulu itu jamannya susah banget. Kalau sekarang sih kita udah punya kamera lima.” tutur Bagus. Tapi pengorbanan mereka di “Sepatu” berakhir manis sebagai pemenang juara satu. Tapi yang paling utama untuk mereka adalah menjaga kekompakan, tapi mereka tidak memungkiri bahwa konflik itu kerap terjadi karena salah paham, kelelahan atau kepenatan pengerjaan yang harus diselesaikan, dan biasanya salah satu dari mereka akan menjadi penengah, dan masalah itupun dapat terselesaikan
Sementara ini mereka hanya membuat film jika ada lomba, dan sampai saat ini mereka telah merampungkan 2 judul film, dan satu judul film yang masih dalam proses pengerjaan. Dalam pembuatan film ini, mereka tidak pernah memfokuskan hanya pada satu genre film saja, “kita sih bikin film genre apa aja, sesuai tema lomba yang ditentukan.” pengakuan Zaki. Pengalaman kedua mereka mengikuti lomba sekaligus pengalaman kedua untuk kemenangan mereka adalah menjadi 6 film terbaik dengan judul “Three Donkeys” yang diselenggarakan oleh Good Day Coffee. Untuk lomba film ketiga, mereka sedang dalam proses finishing. Sedangkan untuk aktris dan aktor yang membintangi film mereka adalah bantuan teman-teman secara sukarela, kadang hanya dibayar dengan traktiran makan atau ngopi bareng. “Yah, untung kita masih ada teman-teman yang mau membantu, biasanya kita bujuk dengan alasan supaya mereka bisa numpang eksis sekalian”, Lala.
Niatnya iseng ikutan lomba lalu menang dapat hadiah, dari sinilah mereka ketagihan membuat film pendek untuk dilombakan. Dari kemenangan ini, selain mereka bisa menyalurkan hobi dan mengembangkan bakat, mereka juga bisa mendapat tambahan uang jajan. Keuntungan lain dari pembuatan film ini, mereka bisa mendapat pengalaman baru, teman baru, melatih kreativitas, dan mendapat banyak koneksi diberbagai bidang khususnya dalam bidang perfilman itu sendiri. “Mereka memang mujur bin ajaib, pertama coba-coba eh udah langsung bawa hadiah aja, ya lumayanlah buat traktir-traktir kita.” Tutur salah satu artis sekaligus teman dekat mereka.
Mereka tidak hanya mengambil keuntungan semata, mereka juga ingin membagikan pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki kepada teman dan lingkungan sekitar mereka dengan rencana selanjutnya mereka ingin mencoba menjadi pembimbing ekstrakulikuler dibeberapa sekolah dan membentuk komunitas cinematografi dikalangan pelajar jogja. “Perfilman di Indonesia itu, kacau banget, kurang mendidik!” tutur beberapa dari anggota Creweight. Menurut mereka, banyak dari rumah produksi yang cepat merasa puas atas apa yang dicapai, jika mengeluarkan satu film dan mendapat rating tinggi, maka akan banyak rumah produksi yang ikutan tanpa memberikan innovasi baru, sehinga perfilman di Indonesia susah maju. Dengan ini mereka berharap perfilman di Indonesia akan lebih berkualitas dan tidak kalah saing dengan perfilman barat yang dapat marambah ke dunia internasional.
“Jual apa yang bisa dijual dari Indonesia!” pesan mereka untuk perfilman indonesia, yang dimaksud adalah banyak hal yang bisa diangkat dari Indonesia mulai dari keanekaragaman budaya, keunikan tradisi dan pesona alam Indonesia, banyak rumah produksi barat yang mengambil lokasi syuting di Indonesia, mengangkat budaya Indonesia, jadi seharusnya sebagai anak bangsa kita bangga dengan kekayaan Indonesia. (mira)

(Kedaulatan Rakyat : Selasa, 4 September 2012)

Kuliah atau Dota??



Saat ini siapa sih yang tidak  mengenal Dota, dari remaja hingga anak taman kanak-kanak banyak yang menjadi maniak Dota. Dota adalah game strategi yang dimainkan perseorangan atau beberapa orang dalam satu team dan memerlukan kekompakan tim dan skill tiap pemain. Tidak dapat dipungkiri bila beberapa tahun belakangan ini Dota menjadi fenomena, karena hampir tiap remaja memainkan game ini. Kebanyakan dari mereka mengaku ketagihan bermain Dota  setelah sekali mencoba, contohnya seperti Niki S2 Matematika Universitas Gadjah Mada (UGM). “yang paling bikin ketagihan itu, ya rasa ingin menang dan menguasai hero-hero Dota yang ada”, tutur Niki
Bermain Dota itu membuat sangat ketagihan dan membawa berbagai efek dari segi positif dan negative. Dampak positifnya ada berbagai hal, mulai dari membentuk link baru dan menambah wawasan juga. “Kadang aku main Dota ada hubungannya buat kuliah juga, misalnya saat mata kuliah bahasa inggris ada soal, nah aku ingat di Dota ada kosakata itu, jadi main Dota bisa sekaligus menambah kosakata baru, nggak cuma Dota sih, game lain juga kayak gitu”, tutur Niki. “Selain itu dengan main Dota kita dituntut untuk memiliki strategi yang kuat dan bagus untuk menang. Selain itu bermain Dota kan juga memerlukan kekompakan team, jadi kita bisa sekaligus belajar cara mengerti satu sama lain yang bisa diaplikasikan dalam hal berorganisasi”, pengakuan Monzeri. Tapi menurut Abdusalam yang akrab dipanggil Aam Teknik Geodesi UGM hal yang paling penting dari bermain Dota ini kita bisa mendapatkan kenalan baru, dalam lingkup kecilnya sesama pecinta Dota itu sendiri dan mereka bisa memiliki banyak link, karena sering diadakan kumpul-kumpul pecinta Dota entah itu per-jurusan, angkatan, fakultas, atau bahkan antar universitas. Biasanya untuk pecinta Dota di kampus UGM sendiri, mereka memiliki akun grup di facebook dan di grup inilah mereka saling sharing berbagai hal dalam Dota, di grup ini juga beberapa kali mereka janjian untuk bermain Dota barsama.
Tetapi menurut mereka berdua, Dota lebih banyak membawa dampak negative dikalangan mahasiswa saat ini misalnya dari segi waktu dan biaya. “Kebanyakan orang main Dota jadi lupa waktu, sering begadang jadi waktu ada kuliah pagi jadi malas berangkat akhirnya bolos atau titip absen yang biasa disebut dengan TA” ,tutur Niki. “Sekarang ini aku malah lebih sering main Dota dibanding jam buat kuliah, kalo kuliah hari senin sampai jumat, nah kalo Dota tiap hari nonstop, coba hidup ini nggak ada tuntutan hidup, kayaknya bakal aku pakai buat Dota. Udah deh Dota tuh udah kayak semacam narkotika”, canda Aam. “Selain itu disisi biaya, bagi yang dikos, kontrakan, atau dirumahnya tidak ada koneksi internet bisa-bisa kehabisan biaya hanya untuk ke game online gara-gara keenakan bermain Dota ditambah tempatnya lebih dapat feel-nya daripada di kos, ”, tambah Monzeri Teknik Geodesi UGM. “Beberapa orang mungkin berpikir para pecinta Dota mempunyai masalah kuliah, tapi banyak juga beberapa dari mereka yang memiliki prestasi akademik di kampus”, tambah Aam.
Untuk Dota sendiri saat ini sudah banyak kompetisinya hingga tingkat dunia, tapi sayangnya Indonesia belum pernah memenangkan kompetisi tingkat dunia. Untuk turnamen Dota di UGM sudah banyak, tapi yang paling sering lingkup intern.
“Main Dota itu boleh, boleh banget malahan.. asalkan kita pintar dalam me-manage waktu dan jangan jadikan tempat game online jadi rumah kedua (tiap hari ke game online, pulang kos cuma ganti baju), dan sadar diri, jangan utamain Dota, sampai-sampai kuliahnya keteteran, tapi jangan serius kuliah juga, ntar malah stress. Nah, main Dota bisa dijadikan salah satu alternatif untuk refreshing dan melepaskan kepenatan dari kuliah”, saran dari Monzeri sambil ndagel.
            “Ya, sebisa mungkin hati-hati main Dota sebelum kecanduan atau bahkan dihindari, main Dota kalau bisa waktu libur aja. Memang ada beberapa yang tetap berprestasi meskipun maniak Dota, tapi tidak dapat dipungkiri kalau masih banyak mahasiswa yang kuliahnya keteteran dan belum lulus-lulus gara-gara Dota”, tambah Aam (mira)

Campus Goes to School



Di bulan-bulan ini merupakan saat-saat yang galau bagi siswa-siswa kelas 3 Sekolah Menengah Atas (SMA) karena disaat seperti ini mereka semestinya telah menentukan tujuan mereka kedepannya seteleh lulus nanti, universitas mana yang akan mereka pilih, jurusan apa yang akan mereka dalami.
Disaat yang sama pula, beberapa mahasiswa yang tergabung dari beberapa universitas negeri dan swasta, yaitu Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), universitas Islam Indonesia (UII), Universitas Muhamadiyah Yogyakarta (UMY), Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), dan beberapa universitas lainnya dari luar maupun dalam kota Yogyakarta, bekerjasama dalam membantu adik-adik kelas 3 SMA untuk mengetahui bidang ilmu apa saja yang dipelajari oleh masing-masing jurusan, prospek kedepannya, pengaplikasian ilmu yang dikaji oleh masing-masing jurusan dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk pengenalan jurusan semata, disamping itu para mahasiswa melakukan promosi jurusan dan universitas masing-masing kepada siswa dan  juga berlomba-lomba agar para siswa tertarik dengan jurusan atau universitas mereka dan menjadikannya sebagai pilihan dalam seleksi penerimaan mahasiswa baru. Disisi lain, kegiatan ini juga dijadikan sebagai tempat sharing para siswa untuk menanyakan bagaimana cara belajar yang efektif, cara menentukan pilihan program studi atau jurusan yang tepat dan sesuai dengan mereka, dan juga tips-tips agar mereka dapat lolos seleksi penerimaan mahasiswa baru.
Tepatnya Sabtu 12 Januari 2013, sekelompok mahasiswa ini melaksanakan kegiatan tersebut disalah satu SMA di Yoyakarta, yaitu SMA Negeri 8 Yogyakarta. Kegiatan ini dikoordinir oleh salah seorang alumni dari SMA Negeri 8 Yogyakarta, dia adalah Edwin  Adisasmita Indriantoro (Akuntansi-UGM). Berdasarkan informasi dari Aninditya Cahyarani Sunarso (Kedokteran Umum-UKDW) salah seorang mahasiswa yang turut serta dalam kegiatan tersebut, kegiatan ini dilaksanakan untuk membantu adik-adik kelas 12 mengenal jurusan-jurusan dan program studi yang ada secara detail, sehingga mereka bisa segera menentukan pilihan jurusan yang mereka minati untuk kedepannya dan hal yang paling penting adalah agar tidak terjadi yang namanya salah jurusan yang sering dialami oleh beberapa mahasiswa yang telah lulus seleksi penerimaan mahasiswa baru, tetapi kira-kira baru sebulan banyak dari mereka yang merasa kurang cocok dengan jurusan tersebut sehingga ingin mengulang lagi ditahun berikutnya, hal ini selain rugi waktu dan materi juga merugikan pihak lain dalam perebutan kuota yang diterima.
Dalam kegiatan ini mereka yang sebagian besar merupakan alumni SMA Negeri 8 Yogyakarta melakukannya secara sukarela, dan ini mereka jadikan sebagai salah satu bentuk pengabdian mereka bagi sekolah mereka. “Selain Amal Ibadah, kegiatan ini juga kita jadikan sebagai sarana untuk reunian, meskipun tidak semua hadir karena halangan jarak dan masih ada beberapa Universitas yang sedang melangsungkan Ujian Akhir Semester.” tutur Endah Rosyidiah (Farmasi-UGM) yang juda menjadi penggerak kegiatan pengenalan jurusan ini. (mira)

Minggu, 14 Oktober 2012

Kerap Kali Bantingan


FORKOMMI (forum komunikasi mahasiswa minang) didirikan di Yogyakarta pada tanggal 5 Oktober 1995. Pada awal berdirinya organisasi/forum ini adalah hanya sebagai tempat silaturahmi mahasiswa minang untuk saling berkomunikasi dan berdiskusi, yaitu forum ini lebih bercirikan paguyuban. Namun seiring bertambahnya usia, serta berbagai diskusi dan kajian, akhirnya forum diorientasikan kepada organisasi kemahasiswaan yang berbasis gerakan sosial budaya dan pendidikan “menyiapkan insan akademik minang yang berwawasan nasional yang islami dan berjiwa sosial tinggi,” ujar Puja, ketua Forkommi kepada Swara Kampus.
            Saat ini “komandan” FORKOMMI memang dipercayakan kepada Puja  (Perencanaan tata wilayah dan kota UGM 2010) sebagai ketua, Awando Ahmad (Diploma Teknik Elektro UGM 2010) sebagai sekjen, Logita (Peternakan UGM 2011) sebagai bendahara, Refilna Andika (International Mathematic UNY 2010) sebagai sekretaris. Sedangkan kantor sekretariatnya di Jl.Kaliurang KM 5 Sleman, Yogyakarta.
Selain kepengurusan inti, dibentuk lagi 4 bidang kepengurusan, yaitu bidang internal dan pengorganisasian yang mengurus masalah internal seperti perekrutan mahasiswa baru dan pembinaan. Bidang minat dan bakat yang membantu anggota untuk mengembangkan bakat dan minat mereka. Bidang dakwah social yang menangani bakti social seperti donor darah dan aksi turun ke jalan yang dilakukan ketika terjadi bencana gempa di Sumatera Barat beberapa saat lalu. Bidang yang terakhir adalah dana usaha dan eksternal yang biasanya membentuk koneksi ke luar forum.
            Kegiatan dari FORKOMMI ini sendiri tiap awal tahun ajaran mahasiswa baru diawali dengan perekrutan mahasiswa minang baru, lalu penyambutan oleh para senior dengan tujuan agar para mahasiswa baru dapat saling mengenal satu sama lain dan juga dengan para senior. Selain itu kegiatan ini bertujuan memberi informasi seputar Yogyakarta kepada Maba (Mahasiswa Baru). Setelah penyambutan, kegiatan yang paling penting dalam serangkaian penyambutan adalah pelatihan kepemimpinan dasar (latpemsar). Latpemsar ini nantinya akan berguna untuk para anggota dalam berorganisasi diluar FORKOMMI.
            “Banyak  manfaat yang bisa diambil dari keanggotaan di FORKOMMI,” tutur Farid (fakultas hukum UGM 2011). Sambil menjelaskan bahwa dengan ikut Forkommi ia bias belajar tentang kemandirian, kepemimpinan dan tidak merasa asing tinggal jauh dari kampung halaman,  mendapat banyak koneksi, dan yang pasti kenalan baru.
 Di sisi lain, dalam suatu forum rasanya tidak “komplit” tanpa konflik, konflik yang biasa terjadi biasanya dalam hal argumentasi dari teman-teman yang kadang bersifat idealis, tapi setelah dimusyawarahkan hal ini pun dapat teratasi dan mencapai satu mufakat (persetujuan). “Kalau kata orang tetua dulu sih, adat basandi sarah, sarah basandiang qitabullah.”tutur Farid yang artinya adat bersumber dari syariat, syariat berasal dari Al-quran, yang dimana dalam Al-quran kita harus menghargai pendapat orang lain dalam bermusyawarah.
            Hingga kini Forkommi juga pernah mengukir prestasi seperti pertandingan sepak bola piala Sri Sultan Hamengku Buwono X, harapan 1 futsal TDC club, pertandingan voli IMAMI (ikatan mahasiswa amikom) cup 2008. “Sayangnya, saat ini masih banyak forum kedaerahan termasuk FORKOMMI yang belum mendapat perhatian penuh dari pemerintah, karena sampai saat ini semua kegiatan yang dilakukan oleh forum ini masih menggunakan dana sukarela dari anggota dan kadang-kadang juga bantingan. (mira)

(Kedaulatan Rakyat : Selasa, 11 September 2012)