Saat ini banyak beragam kegiatan kampus yang
dilaksanakan oleh mahasiswa. Dari beragam kegiatan kampus inilah terbentuk
berbagai karakter mahasiswa yang biasanya populer disebut dengan mahasiswa
kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang), kura-kura (kuliah rapat-kuliah rapat),
sampai dengan mahasiswa kunang-kunang (kuliah nangkring-kuliah nangkring/
kuliah nongkrong)
“Karakter ini sendiri ditentukan oleh mindset tiap
mahasiswa, untuk mereka yang lebih memilih menjadi mahasiswa kupu-kupu,
biasanya kebanyakan dari mereka beranggapan menjadi study oriented saja sudah
cukup dalam pencapaian kehidupan kedepannya.” Slavia Islaha (psikolog)
“memang banyak perusahaan yang mengutamakan pengalaman
berorganisasi, tapi tentu orang-orang yang memiliki IPK(Indeks Prestasi
Komulatif) juga menjadi pertimbangan yang sangat menentukan dalam dunia kerja,
saya lebih memilih menjadi seseorang yang study
oriented karena dulu awalnya saya memang aktif di KM (keluarga mahasiswa)
tapi setelah itu IPK saya turun drastis, maka dari itu saya mempertimbangkan
untuk fokus pada satu hal saja, yaitu fokus pada IPK.” Tutur salah seorang
mahasiswa universitas negeri di Yogyakarta yang enggan namanya disebutkan.
Tetapi disisi lain, seorang mahasiswa Universitas
Gadjah Mada yaitu Ilham Satria memiliki pandangan yang berbeda, menurutnya ikut
serta dalam suatu organisasi atau kepanitian dalam suatu event itu seharusnya
sangat bermanfaat bagi tiap mahasiswa, tapi itu tergantung pada bagaimana
seorang mahasiswa menyikapi hasil dari manfaat itu sendiri. Manfaat itu bisa
saja menjadi kerugian jika seseorang menganggap itu sebagai beban, tetapi jika
seseorang menjadikan hal itu sebagai kesenangan atau bahkan hobi, maka manfaat
itu akan benar-benar didapat, entah itu dalam dunia pekerjaan, maupun
lingkungan sosial.
Tapi kasus yang saat ini banyak terjadi pada mahasiswa
adalah keteteran kuliah akibat terbuai senangnya berorganisasi atau tuntutan
kewajiban yang harus dipertanggungjawabkan, oleh karena itu sebelum memilih
untuk bergabung dan menduduki suatu jabatan, maka mahasiswa harus
mempertimbangkan kapasitasnya masing-masing terhadap tanggung jawab yang akan
dipikulnya dan harus pandai me-manage waktu
agar aktivitasnya berjalan lancar.
Berbeda lagi dengan kriteria mahasiswa yang satu ini,
mereka adalah mahasiswa yang hobi nongkrong untuk melepas kepenatan kuliah. “Nongkrong
bareng teman-teman itu bisa ngilangin stress kuliah, aku udah pernah nyobain
jadi orang yang kupu-kupu sampai kura-kura, tapi disini aku udh ngerasa
nyaman.” Tutur salah seorang mahasiswa universitas di Yogyakarta yang namanya
enggan disebut. Tapi jangan berpikkir negatif dulu terhadap mahasiswa kriteria
kunag-kunang ini, kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang supel atau
mudah bergaul, dari situlah mereka mendapat kenalan baru saat
nongkrong-nongkrong, dan jika hoki, bisa jadi kenalan baru mereka itu adalah link untuk dunia kita kedepannya.
“Setiap pertimbangan dalam pemilihan alur kehidupan
dalam masa perkuliahan itu memang berbeda-beda, tidak ada yang salah, dan tidak
ada pula yang paling benar. Tiap mahasiswa mengetahui kapasitasnya
masing-masing dan memiliki haknya masing-masing untuk menentukan jalan mana
yang akan mereka jalani.” Tutur Slavia Islaha (psikolog). (mira)